Biarlah Damai Tumbuh Bersama Kami!

Archive for Juli, 2010

Man Shabara Zhafira

Keberangkatan ku ke pante cermen pada tanggal 15 Mei untuk Ansos sangatlah inspiratif bagiku,banyakhal yang kudapatkan disana dan semua itu kujadikan bahan intropeksi untuk membenahi diri dalam mengarungi kehidupan semasa usia muda ku ini.apa yang kulihat,kudengar,kurasakan,kubaca adalah point yang berarti bagi hidup ku saat ini.”Man Shabara Zhafira’’ siapa yang bersabar akan beruntung.itu mungkin pesan yang tepat buat mereka para penduduk desa Lango kec,Pante cermen yang setiap hari harus menapakkan kaki ke sawah hingga hutan rimba untuk menyapa kelompok flora dan fauna disana sehingga memperoleh rezeki yang halal untuk keluarga.

Setiap perjalanan ada nilai atau esensi yang selalu bisa didapat,ternyata hasil demikian pun kami dapatkan hanya dengan 2 warga saja yang kami wawancarai dikarnakan batas waktu yang sangat sedikit tapi kami yang tergabung dari beberapa sekolah,aku dari Mansa,rekanku hafizah Smanda dan cici dari Smantri ,kami siap menjadi wartawan sementara untuk mencari info mengenai pekerja warga setempat.

Wawancara pertama kami dengan seorang ibu rumah tangga yang bernama darmawan,meski terbesit dalam benakku namanya seperti kaum adam,karna adanya wan yang biasa ku ketahui wan adalah titel nama seorang pria,tapi tak terlalu kuhiraukan toh itu mungkin nama yang diturunkan oleh keluarga yang bersumber dari ayahnya,Hermawan jadi ketika ada anak perempuan di beri wan menjadi darmawan,heheee (senyumku,rahasia… buk darmawan seorang ibu rumah tangga yang belum dihadiahi oleh tuhan seorang anak,hari-hari dia hanya bersama suami tercinta yang setiap pagi harus berangkat kerja ke sawah dan ngupah untuk hasil nambah menutupi kebutuhan keluarga yang kurang itupun jika dipanggil untuk keperluan tenaga kerja tambahan.hasilnya mereka nikmati pada sore hari “jak bengoeh habeh seupot,leuh nyan…preh singoh bengoh loem,,ucapnya dengan senyuman sapaan seakan akrab dengan kami tem wawancara dan kami pun tersenyum terutama rekanku hafidzah yang udah mulai kenal tahap kode alam…hahaaaa (bahasa ku…dan pastinya kami ikut tersenyum seakan tersihir oleh kata-kata nya itu.

Seperti aturan main yang sudah disusun bahwa kami harus mewawancarai penduduk sebanyak yang bisa kami dapatkan,dan dan aku merasa kini saatnya pamitan ke ibu darmawan untuk melangkah dan bertemu warga yang lain yang akan kami wawancarai nanti,beberapa menit kemudian akupun melangkahkan kakiku untuk menuju kerumah warga yang kami rasa bisa untuk ditanyakan dan ia adalah seorang bapak bernama ibnu abbas, ia pun tergolong sebagai pekerja tani kesawah dan baiknya ia memiliki anak yang selalu siap membantunya kesawah untuk bertani,seorang istri yang ia miliki pun bersedia membantu suami tercinta ditambah iapun seorang pembabat disebuah PT didaerah tersebut,jadi bisa di bilang penghasilan double.

Dari sepanjang pembicaraan kami tak sengaja ku bertanya kenapa pak cik abbas siang ini tidak kesawah ternyata beliau sakit yang sudah hinggap padanya seminggu yang lalu….wah jadi tanda tanya besar donk ..??? kalau pak abbas tidak ke sawah,kira-kira gimana kebutuhan keluarga yang denger-denger katanya beliau juga sedang membiayai kuliah anaknya di salah satu perguruan tinggi kota meulaboh ? ya tuhan bisikku dalam hati… tapi beliau hanya tersenyum ketika mengucapkan beliau sedang sakit.jadi apa ada kendala untuk kebutuhan keluarga kalau bapak tidak ke sawah seperti ini ? tanyaku ingin tau….saya punya ibunya anak-anak yang bisa menutupi kebutuhan keluarga selama saya sakit,dengan mengupah atau berangkat menbabat hutan jika dipanggil,terang pak abbas dengan suara seakan nada berirama .itu meunyoe na” sahut istrinya.mendengar sahutan itu aku,kami an semua yang ikut ngobrol dengan kami tertawa bagai mendengar kata humor kapluek film di rumah tetangga ku yang bahasa nya indo Vs Atjeh,padahal aku sempat sadar di ayunan ketawa bahwa itu bahasa dari hati yang sedang bu abba sampaikan,untuk pertama kalinya pun aku hanyut dengan jawaban pasangan yang sudah tak layak dikatakan muda ini,sebelum pamit aku dan teman-teman kelompokku meminta maaf kalau mengganggu waktu pak abbas dan keluarga yang sedang duduk di depan rumah yang seakan menikmati pemandangan sawah yang terhampar didepan mata mereka.

Seluruh pertanyaan dan jawaban telah dicatat oleh rekanku cici dan hafizah kini kamipun harus bejalan lagi untuk mencari info baru yang nantinya akan kami presentasi di depan kelompok temen-temen lain yang wilayahnya pun berbeda-beda,sepanjang perjalanan kami tak mendapatkan orang yang tepat buat diwawancarai lagi sehingga waktupun telah mendekati pukul yang sudah disepakati untuk berkumpul,sekarang saatnya,waktu ini wajib disetiap kelompok mempresentasikan hasil analisanya di lapangan tadi.

Perkumpulan telah dibentuk makan siang siap santap secara berjama’ah,waktu dhuhur azan pun berkumandang semua pelajar saatnya melihat dan berbicara dengan sang khalik Allah SWT tanpa terkecuali.ba’da sholat dhuhur kami berkumpul dan siap untuk menampilkan ulasan yang kami dapatkan,kami bergantian menjadi fasilitator sekaligus motivator untuk mereka(teman) yang mendengarkan.

Aku mendengarkan semua presentasi dari teman-teman kelompok lain dan sesekali aku mencoba bertanya tentang hal yang tak ku pahami,dan aku berfikir untuk bisa menjadi pembicara yang tidak membosankan didepan nanti ketika kelompok ku yang maju,tapi sebelumnya aku dan teman-teman di team ku mencoba merundingkan siap dari kelompok 4 yang bisa dijadikan fasilitator untuk mempresentasikan hasil yang telah di dapat,hasilnya baik mereka memilih aku untuk yang menjadi fasilitatornya,dan aku berharap ini langkah untuk belajar menjadi nara sumber serta motivator yang handal seperti Aa gym dan Andy F,noya Host kick Andy yang ku lihat di acara TV rumah ku. Hmmm….

Kepercayaan teman-teman kelompok ku terhadap ku tidak ku sia-sia kan,dan tiba saa’t nya kelompokku maju kini kau harus siap mental dan aku membayangkan kini saa’tnya menjadi tokoh Ust.salman,seorang tokoh ustad di cerita novel Negeri 5 Menara kebanggaan alif,peran utama sekaligus penulis buku Negeri 5 Menara yang pernah kubaca.dengan selalu ada pembelajaran berbicara didepan orang di imbangi ke hati-hatian dalam mengucapkan kata-kata,aku menjelakan hasil dari wawancara kelompokku yang bertugas di desa Lango dan pastinya dibantu beberapa temen yang paham akan hasil wawancara kami.

Seperti biasanya dan aku paham kalau bebicara didepan teman yang sebaya pasti tidak terlalu serius dan nilai penting yang ingin tersampaikan pun terasa tak penting,tapi tak masalah’’pikirku…yang jelas aku sekarang mubaligh…..

Esensi yang kudapatkan diwawancara ku dengan warga lango pun kusampaikan dengan niat mengingatkan jiwa,dan orang-orang yang mendengar sekaligus membaca tulisan ku dengan sepenuh hati dan pikiran yang bersih.

7 point yang bisa memotivasi langkahku !

Ø Hidup itu anugrah

Ø Hidup itu ibadah

Ø Hidup itu mahal

Ø Hidup itu perang

Ø Hidup itu itu pencapaian

Ø Hidup itu akhir

Dan hiduplah dengan baik jangan kau sia-siakan,jika kau mengalami kesulitan ingat bahwa kau sedang diuji,dan itu ku pahami dengan kata “ Man Shabara Zhafira” siapa yang bersabar akan beruntung.


Langkah Menuju Impian

Alam raya membentang, dibawah genangan awan-awan yang mecuram,hidup mengajarkan kependihan ,& hilauan orang-orang.Roda kehidupan terus berputar tak ada satupun yg dapat menghentikan,hanya waktu yang dapat membuktikan. Dengan masing-masing punya tujuan di hati dan tujuan yang pasti, satu persatu kami melangkahi kaki, Menuju tempat di mana kami harus mencari sesuatu yang berarti, sendara gurau menemani saat kami mulai mendaki,”Kamerapun beraksi”  artis yang tak tau kapan akan masuk TV.

Sedikit demi sedikit tempat yang kami datangi mulai menghampiri, tampak sekeliling pepohonan yang hijau,dan gunung yang tinggi seakan menyambut kedatangan kami,tanpa basa-basi kami mulai menggali sedikit demi sedikit  impian warga desa yang kami kunjungi ( pulo tengoh). Siang ini matahari menjulang tinggi, rasa letih menguras tenaga kami, kami coba berhenti sejenak untuk mengendorkan semua urat-urat yang ada di tubuh kami. Tanpa terasa cacing-cacing (perut)  mulai berdemo menuntut HAKnya .

Setelah beristirahat, kami melanjutkan perjalanan kami. Dengan langkah yang pasti kami menuju sebuah rumah yang berada di balik pegunungan yang hijau,sesampai di sebuah rumah yang beralaskan tikar kering kami duduk sejenak dan sedikit bertanya tentang impian ibu yang kita temui.  Di balik pertanyaan kami, tersirat impian  yang selama ini mereka harapkan yaitu modal usaha demi menstabilkan ekonomi keluarganya, karna menurut ibu tersebut tidak mungkin berharap dari hasil pertanian saja karna hasil pertanian Cuma cukup untuk makan sehari-hari, Itu pun kalau cukup, kadang-kadang mereka terpaksa membeli beras karna musim panen belum datang, mereka hanya menunggu musim panen tahunan, di sebab kan karna di desa tersebut belum mempunyai air penarek atau irigasi.

Kami mencoba untuk menggali lagi tentang kehidupan disana yang banyak kami belum ketahui, banyak kata yang harus di terbitkan untuk mencurahkan betapa megahnya ciptaan Tuhan yang Maha Esa. Keindahannya dusun Sangkadeun membuat kami ingin menguak beribu cerita untuk kami lestarikan. Saat kami berhenti di suatu dusun, ada seorang ibu menyapa langkah kami yang tetap menganggumi keelokan dusun Sangkadeun.

Saat  kami lagi berbincang-bincang dengan ibu itu, suatu pandangan yang unik dan menggangumkan mencuri bola mata yang sebelumnya ‘asik’ dalam keindahan. Seorang anak yang masih kecil mengangkat tumpukan rumput yang begitu besar dan mungkin berat dan ‘ogah-ogah’ bila anak zaman sekarang untuk melakukannya. Masya Allah, mungkin kami sadar bahwa kehidupan disini memang sangat dan sangat susah.

Matahari mulai mencoba menutupi langit-langit yang tadinya menerangi gunung yang ada di desa ini, Hingga hari ingin menggantikan malam dan kami pun melangkah untuk meninggalkan desa nan elok walaupun berat rasanya untuk melangkah.


Mensyukuri adalah Ibadah

Oleh karna itu, hikmah yang dapat kami petik pada hari itu adalah kita harus bersyukur atas apa yang telah di berikan oleh ALLAH SWT,baik yang tidak sempurna maupun sempurna.

Oleh : Adi, Cicy, Dewi, Murni dan Aini

Suasana yang tentram, aman,dan damai itulah yang tersirat dalam pikiran kami (adi, cicy, dewi, murni dan aini) sebelum berangkat menuju kecamatan pante ceureumen khususnya di desa lango. Tepat pada tanggal 23 juni 2010, kami berangkat dari melborn city menuju pante ceureumen. Tujuan utama kami ialah untuk mencari pengalaman baru khususnya di bidang social.  Ternyata dugaan kami benar bahwa dipante ceureumen benar-benar tercipta suasana yang damai. Saat kami tiba di sana, kami di sambut oleh ribuan air yang turun dari langit. Menurut kami itu merupakan Rahmat yang di berikan oleh Allah SWT kepada kami semua. Tanpa mengeluh kami tetap melanjutkan apa yang telah kami rencanakan sebelumnya.

Sungguh bahagianya kami mendapat seorang pendamping kelompok yang baik hati, ramah, dan kaya akan ilmu sejarah di pikirannya, itulah kak Anto. Bahan yang kami peroleh dari kak Anto sebenarnya sudah cukup, akan tetapi rasa penasaran kami yang semakin membesar membuat kami ingin mendengar langsung dari masyarakat desa lango itu sendiri. Kami pun mewawancarai seorang nenek yang sebenarnya umurnya memang tidak muda lagi, akan tetapi wajah beliau tidak kelihatan seperti orang yang telah lama menjalani hidup di dunia ini. Kami menanyakan nama beliau, kemudian basa-basi sedikit, dan haapp…!!! Langsung To The Poin. Kami langsung menanyakan bagaimana sejarah atau asal usul desa lango tersebut. Alhasil inilah dia : dulunya Lango merupakan wilayah kerajaan kecil yang di kepalai oleh seorang TANDI yang mengatur tentang ketentuan gampong , kerajaan ini bergerak di bawah coordinator kerajaan Aceh yaitu di kota raja yang sekarang di sebut Banda Aceh. Tandi yang memeran pada saat itu yaitu tandi bungkai , sejarah nama tandi bungkai berawal dari pertemuan Raja-raja di kota raja jadi semua raja, membawa cendra mata untuk raja Aceh di kota Raja, sementara tandi hanya membawa emas satu bungkai, sepulangnya dari pertemuan tersebut namanya berubah jadi tandi bungkai. Hari bertambah hari rakyat semakin banyak wilayah kekuasaan Teuku tandi di bagi dua yaitu canggai dan gampong pulo karena letak gampong di kelilingi oleh krueng/ sungai, lama kelamaan karena untuk menempuh ke gampong pulo harus berenang/ lango dengan istilah bahasa aceh, maka di berilah nama gampong LANGO,( owh…lagee nyan…!!!).

Kami mulai merasa sedikit cukup dengan hasil wawancara tadi, dan kami pun memiliki inisiatif untuk berjalan-jalan sambil melihat sikon (situasi dan kondisi) di desa Lango. Walau kami telah lelah menempuh perjalanan yang kami rasa agak jauh, tapi kami tetap melangkah setapak demi setapak untuk menghilangkan rasa penasaran kami terhadap desa lango itu sendiri. Dan WOWW…. Sungguh indahnya pemandangan alam yang terdapat di desa lango. Bentuknya masih asli walau hanya sedikit yang telah di ubah oleh manusia yang berada di sana.

Esok harinya kami berangkat menuju ke rumah sekretaris desa, untuk mewawancarai beliau. Setelah sampai di rumah beliau, kami bersilahturahmi dengan beliau beserta istrinya yang kebetulan ada di situ. Dan beberapa saat kemudian kami langsung mewawancarai beliau untuk mengetahui keadaan gampong tersebut. Ketika sedang mewawancarai beliau, beberapa saat kemudian istri beliau datang dengan membawa beberapa cangkir air.  Menurut penjelasan pak sekdes, gampong lango merupakan desa yang tertua di daerah pante ceureumen. Ironisnya pada saat kami mewawancarai pak sekdes, sepertinya beliau sudah mengetahui tujuan kami datang kerumahnya. Beliau memberikan informasi kepada kami dengan cara mendikte informasi tersebut. Kata demi kata beliau tuturkan kepada seorang nutulen kelompok kami (cicy) agar informasi tersebut lebih terperinci sehingga lebih mudah untuk kami sampaikan kepada peserta lainnya.

Sepulang kami dari rumah pak sekdes, kami merasa informasi yang telah kami dapatkan sudah cukup. Dan kamipun meneruskan perjalanan dengan berpetualang…alias keliling hutan melewati pinggiran sungai. Semak belukar kami lewati, sungai yang arusnya deras kami sebrangi besama-sama. Alhasil ialah kami menikmati pemandangan yang luar biasa indahnya. Sungguh Allah SWT telah menciptakan alam yang indah agar dapat dinikmati oleh makhluk ciptaan lainnya.

Matahari mulai meredup,meninggalkan sore yang sangat berkesan,dan perasaan kami  pun sangat berat meninggalkan hari itu. Langkah demi langkah kami berjalan& tujuan kami yang terakhir adalah ingin melihat orang yang mengindang emas namun apadaya semua itu tidak berhasil kami jumpai,tetapi hal itu tidak mematahkan semangat kami,karna pemandangan alam yang diciptakan ALLAH SWT sangat luar biasa,sehingga membuat kami bertambah semangat.Oleh karna itu, hikmah yang dapat kami petik pada hari itu adalah kita harus bersyukur atas apa yang telah di berikan oleh ALLAH SWT,baik yang tidak sempurna maupun sempurna.


Budaya Yang Terpendam

Dengan cara harus sering mengadakan atau memunculkan tarian – tarian atau Budaya aslinya di setiap acara peresmian/hajatan agar selalu tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan masyarakat manjeng sehingga akan terus dapat terwariskan kepada generasi yang akan datang.

Oleh: Rico Wijaya (AA’ Wijay), Darma (AA’ Gundol), Hery (AA’ Hery), Cut Raidah , Novita Sari Yanti

Tepatnya pada tanggal 23 juni 2010 itu adalah hari pertama kami mulai ANSOS (Analisis Sosial) di Desa Manjeng . kami dari anggota kelompok tiga ditugaskan untuk menganalisis perkembangan kebudayaan yang ada di desa manjeng. Kami mempunyai 5 orang anggota kelompok yang tergabung dalam 3 laki-laki dan 2 perempuan. Kami mempunyai tugas untuk mewawancarai penduduk desa tersebut. Dan pada tanggal 24 juni 2010 kami memulai misi kami dengan mewawancarai seorang kepala desa di gampong manjeng yang bernama  Zainal Abidin. Bapak Zainal Abidin adalah seorang kepala desa yang tidak tergantikan di desanya. Buktinya beliau menjabat sebagai kades mulai tahun 2002 hingga sampai saat ini. Beliau dengan antusiasnya menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan. Meskipun beliau belum terlalu mengenal kami, tetapi beliau mau menyambut kami dengan sangat ramah , kami mewawancarai beberapa hal yang menyangkut tentang budaya yang ada di desa manjeng. Banyak hal yang beliau jelaskan kepada kami tentang budaya yang ada di desa manjeng, menurut penjelasan beliau  bahwa sebelum konflik budaya MANJENG sangatlah kental dengan budaya aslinya.namun, setelah konflik melanda desa Manjeng, banyak terjadi perubahan di desa tersebut terutama menyangkut dengan  sisi budayanya. Ternyata telah banyak budaya luar yang mempengaruhi kelestarian budaya aslinya, sangat di sayangkan ternyata masyarakat manjeng telah hilang kesadaran untuk melestarikan budaya yang telah di wariskan oleh para leluhur kepada mereka. Sebenarnya budaya di desa manjeng itu sangatlah kaya akan budaya, buktinya di desa manjeng terdapat budaya seperti Rapa’I Saman, Ranub lampuan, Seukat, Seudati, Rapa’I daboh dll. Dan di desa manjeng terdapat seorang ceh sekat yang bernama ibu Rubiah. Dan Ibu Rubiah itu juga seorang ibu PKK di desa Manjeng. Dan di desa Manjeng itu juga ada di buat Rapa’I bertempat dirumah Bapak Sekdes Manjeng yang bernama Razuan. Pak keuchik manjeng sangat mengharapkan kepada para generasi penerusnya untuk bangkit melestarikan budaya asli dan tidak mudah terpengaruh dengan budaya luar / budaya barat… Dengan cara harus sering mengadakan atau memunculkan tarian – tarian atau Budaya aslinya di setiap acara peresmian/hajatan agar selalu tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan masyarakat manjeng sehingga akan terus dapat terwariskan kepada generasi yang akan datang. Inilah hasil penelusuran dari kelompok kami di desa yang terpendam kebudayaannya.